MOROTAI
Pernahkah anda mendengar tentang Morotai?, berkunjung Morotai adalah salah satu dari obsesi masa kecil saya, ingin melihat langsung lokasi pertempuran perang dunia kedua (1944) antara pasukan sekutu yang dipimpin oleh Jendral Mc Arthur dan pasukan jepang dari divisi ke-32 angkatan darat kekaisaran jepang adalah salah satu hal yang membuat saya sangat ingin berkunjung ke pulau ini. begitu pentingnya Morotai bagi pasukan sekutu pada saat itu sampai Jendral Mc Arthur menempatkan sekitar 3000 pesawat tempur ke pulau ini.
Perjalanan ke Morotai saya tempuh melalui jalur laut dari Kota Tobelo menggunakan speed boat sewaan (karena kebetulan saya berangkat berangkat bersama-sama anggota team saya yang lain.) boat yang kami sewa memiliki kapasitas yang bisa menampung 15 orang dengan 3 mesin. sebagai catatan tarif sewa speed boat didaerah maluku utara tergantung dari berapa mesin yang digunakan oleh speed boat tersebut. apabila anda melakukan perjalanan hanya sendiri, bisa menggunakan boat sejenis dengan tarif sekitar Rp 50.000,- atau kapal ferry biasa
Pada saat berangkat kondisi laut sedang cerah, sehingga perjalanan hanya memakan waktu kurang dari 2 jam, di sepanjang jalan kami dihadapkan pada ombak yang tenang, air laut yang sangat jernih, dan gugusan pulau-pulau kecil yang sangat indah.
setibanya di Morotai kami menyewa sebuah angkot untuk berkeliling pulau, lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Air Kaca (salah satu tempat favorit Jendral Mc Arthur), perjalanan ke Air Kaca memakan waktu sekitar 20 menit, melewati monumen Trikora.
Dari Air Kaca kami menuju pangkalan Angkatan udara Morotai, menurut salah satu petugas di bandara yang kami temui, total landas pacu di lapangan udara tersebut adalah 9 landasan yang pada saat perang dunia kedua digunakan oleh sekitar 3000 pesawat sekutu.
Lokasi berikutnya yang kami kunjungi adalah museum perang dunia kedua, Museum ini memiliki koleksi peninggalan perang kedunia yang cukup lengkap, disini kita bisa meminta kepada penjaga museum untuk memutar film asli pada saat pendaratan pasukan sekutu di Morotai.
Selepas dari Museum perjalanan kami lanjutkan ke Monumen Nakamura, tercatat dalam sejarah bahwa Nakamura adalah prajurit jepang terlama yang pernah bersembunyi sejak perang dunia kedua, kurang lebih 32 tahun, keberadaanya baru diketahui oleh penduduk setempat setelah Nakamura kepergok berkeliaran mengambil bahan makanan dari kebun penduduk.
Berikut sekilas tentang Morotai yang saya kutip dari Wikipedia:
Morotai merupakan salah satu pulau yang secara geografis terletak di kepulauan Maluku tepatnya di kabupaten Halmahera utara. mayoritas pend
Merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Halmahera Utara, Kepulauan Maluku. Sebagian besar bentang pulau masih tertutup hutan lebat. Dataran Doroeba di barat daya Morotai adalah yang terbesar dari beberapa dataran rendah di pulau tersebut. Sebelum perang pecah, Morotai dihuni oleh 9.000 penduduk dan belum dikembangkan secara komersial. Pulau ini merupakan bagian dari Hindia Belanda dan diperintah oleh Belanda melalui Kesultanan Ternate. Jepang menduduki Morotai di awal tahun 1942 selama kampanye Hindia Belanda, tetapi tidak menempatkan pasukannya di Morotai atau pun mengembangkannya.
Pada awal tahun 1944, Morotai muncul sebagai wilayah yang penting bagi militer Jepang ketika mulai mengembangkan pulau-pulau di Halmahera sebagai titik fokus untuk mempertahankan pendekatan selatannya ke Filipina.Pada bulan Mei 1944, Divisi ke-32 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang tiba di Halmahera untuk mempertahankan pulau dan sembilan landasan udaranya.Divisi ini telah mengalami kerugian besar ketika konvoi yang membawanya dari China (konvoi Take Ichi) diserang oleh kapal selam AS.Dua batalyon dari Resimen Infanteri ke-32 Divisi ke-211 awalnya dikerahkan ke Morotai untuk mengembangkan sebuah landasan udara di Dataran Doroeba. Namun, kedua batalyon tersebut ditarik ke Halmahera pada pertengahan Juli, ketika landasan tersebut ditinggalkan karena masalah drainase. Pemecah kode Sekutu mendeteksi keberadaan Jepang di Halmahera dan pertahanan yang lemah di Morotai, dan meneruskan informasi ini kepada staf perencanaan yang relevan.
Pada bulan Juli 1944, Jenderal Douglas MacArthur, komandan South West Pacific Area, memilih Morotai sebagai lokasi untuk pangkalan udara dan fasilitas angkatan laut yang diperlukan untuk mendukung pembebasan Mindanao, yang rencananya akan berlangsung pada tanggal 15 November. Karena Morotai belum berkembang, Morotai lebih dipilih daripada Halmahera yang karena wilayahnya yang lebih besar dan posisi pulau yang lebih dapat dipertahankan secara signifikan dinilai terlalu sulit untuk diamankan.[6] Pendudukan Morotai ditetapkan sebagai Operasi Tradewind. Pendaratan dijadwalkan berlangsung pada tanggal 15 September 1944, hari yang sama dengan pendaratan Divisi Marinir ke-1 di Peleliu. Jadwal ini memungkinkan bagian utama dari Armada Pasifik Amerika Serikat untuk secara bersamaan melindungi operasi dari potensi serangan balik Jepang.
Ketika sedikit oposisi yang diharapkan, perencana Sekutu memutuskan untuk mendaratkan pasukan invasi berdekatan dengan lokasi lapangan udara di Dataran Doroeba. Dua pantai di pantai barat daya pulau dipilih sebagai lokasi pendaratan yang cocok, dan ditetapkan sebagai Pantai Merah dan Pantai Putih. Sekutu berencana menyerukan ketiga resimen infanteri dari Divisi ke-31 yang akan mendarat di pantai ini pada tanggal 15 September dan segera melakukan perjalanan darat untuk mengamankan dataran. Karena bentang alam Morotai yang tidak memiliki nilai militer, Sekutu tidak berniat untuk memajukan sarana di luar batas yang diperlukan untuk mempertahankan lapangan udara.Perencanaan pembangunan lapangan udara dan instalasi dasar lainnya juga dilakukan sebelum pendaratan, dan lokasi fasilitas militer sementara telah dipilih pada 15 September.
Berikut beberapa foto keindahan Morotai (dari berbagai sumber)
Alternatif lokasi lain yang bisa dikunjungi didekat morotai
Pernahkah anda mendengar tentang Morotai?, berkunjung Morotai adalah salah satu dari obsesi masa kecil saya, ingin melihat langsung lokasi pertempuran perang dunia kedua (1944) antara pasukan sekutu yang dipimpin oleh Jendral Mc Arthur dan pasukan jepang dari divisi ke-32 angkatan darat kekaisaran jepang adalah salah satu hal yang membuat saya sangat ingin berkunjung ke pulau ini. begitu pentingnya Morotai bagi pasukan sekutu pada saat itu sampai Jendral Mc Arthur menempatkan sekitar 3000 pesawat tempur ke pulau ini.
Perjalanan ke Morotai saya tempuh melalui jalur laut dari Kota Tobelo menggunakan speed boat sewaan (karena kebetulan saya berangkat berangkat bersama-sama anggota team saya yang lain.) boat yang kami sewa memiliki kapasitas yang bisa menampung 15 orang dengan 3 mesin. sebagai catatan tarif sewa speed boat didaerah maluku utara tergantung dari berapa mesin yang digunakan oleh speed boat tersebut. apabila anda melakukan perjalanan hanya sendiri, bisa menggunakan boat sejenis dengan tarif sekitar Rp 50.000,- atau kapal ferry biasa
Pada saat berangkat kondisi laut sedang cerah, sehingga perjalanan hanya memakan waktu kurang dari 2 jam, di sepanjang jalan kami dihadapkan pada ombak yang tenang, air laut yang sangat jernih, dan gugusan pulau-pulau kecil yang sangat indah.
setibanya di Morotai kami menyewa sebuah angkot untuk berkeliling pulau, lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Air Kaca (salah satu tempat favorit Jendral Mc Arthur), perjalanan ke Air Kaca memakan waktu sekitar 20 menit, melewati monumen Trikora.
Dari Air Kaca kami menuju pangkalan Angkatan udara Morotai, menurut salah satu petugas di bandara yang kami temui, total landas pacu di lapangan udara tersebut adalah 9 landasan yang pada saat perang dunia kedua digunakan oleh sekitar 3000 pesawat sekutu.
Lokasi berikutnya yang kami kunjungi adalah museum perang dunia kedua, Museum ini memiliki koleksi peninggalan perang kedunia yang cukup lengkap, disini kita bisa meminta kepada penjaga museum untuk memutar film asli pada saat pendaratan pasukan sekutu di Morotai.
Selepas dari Museum perjalanan kami lanjutkan ke Monumen Nakamura, tercatat dalam sejarah bahwa Nakamura adalah prajurit jepang terlama yang pernah bersembunyi sejak perang dunia kedua, kurang lebih 32 tahun, keberadaanya baru diketahui oleh penduduk setempat setelah Nakamura kepergok berkeliaran mengambil bahan makanan dari kebun penduduk.
Berikut sekilas tentang Morotai yang saya kutip dari Wikipedia:
Morotai merupakan salah satu pulau yang secara geografis terletak di kepulauan Maluku tepatnya di kabupaten Halmahera utara. mayoritas pend
Merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Halmahera Utara, Kepulauan Maluku. Sebagian besar bentang pulau masih tertutup hutan lebat. Dataran Doroeba di barat daya Morotai adalah yang terbesar dari beberapa dataran rendah di pulau tersebut. Sebelum perang pecah, Morotai dihuni oleh 9.000 penduduk dan belum dikembangkan secara komersial. Pulau ini merupakan bagian dari Hindia Belanda dan diperintah oleh Belanda melalui Kesultanan Ternate. Jepang menduduki Morotai di awal tahun 1942 selama kampanye Hindia Belanda, tetapi tidak menempatkan pasukannya di Morotai atau pun mengembangkannya.
Pada awal tahun 1944, Morotai muncul sebagai wilayah yang penting bagi militer Jepang ketika mulai mengembangkan pulau-pulau di Halmahera sebagai titik fokus untuk mempertahankan pendekatan selatannya ke Filipina.Pada bulan Mei 1944, Divisi ke-32 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang tiba di Halmahera untuk mempertahankan pulau dan sembilan landasan udaranya.Divisi ini telah mengalami kerugian besar ketika konvoi yang membawanya dari China (konvoi Take Ichi) diserang oleh kapal selam AS.Dua batalyon dari Resimen Infanteri ke-32 Divisi ke-211 awalnya dikerahkan ke Morotai untuk mengembangkan sebuah landasan udara di Dataran Doroeba. Namun, kedua batalyon tersebut ditarik ke Halmahera pada pertengahan Juli, ketika landasan tersebut ditinggalkan karena masalah drainase. Pemecah kode Sekutu mendeteksi keberadaan Jepang di Halmahera dan pertahanan yang lemah di Morotai, dan meneruskan informasi ini kepada staf perencanaan yang relevan.
Pada bulan Juli 1944, Jenderal Douglas MacArthur, komandan South West Pacific Area, memilih Morotai sebagai lokasi untuk pangkalan udara dan fasilitas angkatan laut yang diperlukan untuk mendukung pembebasan Mindanao, yang rencananya akan berlangsung pada tanggal 15 November. Karena Morotai belum berkembang, Morotai lebih dipilih daripada Halmahera yang karena wilayahnya yang lebih besar dan posisi pulau yang lebih dapat dipertahankan secara signifikan dinilai terlalu sulit untuk diamankan.[6] Pendudukan Morotai ditetapkan sebagai Operasi Tradewind. Pendaratan dijadwalkan berlangsung pada tanggal 15 September 1944, hari yang sama dengan pendaratan Divisi Marinir ke-1 di Peleliu. Jadwal ini memungkinkan bagian utama dari Armada Pasifik Amerika Serikat untuk secara bersamaan melindungi operasi dari potensi serangan balik Jepang.
Ketika sedikit oposisi yang diharapkan, perencana Sekutu memutuskan untuk mendaratkan pasukan invasi berdekatan dengan lokasi lapangan udara di Dataran Doroeba. Dua pantai di pantai barat daya pulau dipilih sebagai lokasi pendaratan yang cocok, dan ditetapkan sebagai Pantai Merah dan Pantai Putih. Sekutu berencana menyerukan ketiga resimen infanteri dari Divisi ke-31 yang akan mendarat di pantai ini pada tanggal 15 September dan segera melakukan perjalanan darat untuk mengamankan dataran. Karena bentang alam Morotai yang tidak memiliki nilai militer, Sekutu tidak berniat untuk memajukan sarana di luar batas yang diperlukan untuk mempertahankan lapangan udara.Perencanaan pembangunan lapangan udara dan instalasi dasar lainnya juga dilakukan sebelum pendaratan, dan lokasi fasilitas militer sementara telah dipilih pada 15 September.
Sumber Wikipedia
Berikut beberapa foto keindahan Morotai (dari berbagai sumber)
Alternatif lokasi lain yang bisa dikunjungi didekat morotai
Ini adalah salah satu perjalanan dinas dengan route terpanjang yang pernah saya alami, penerbangan dari jakarta-Ternate (+transit memakan waktu sekitar 3 jam), dari bandara menuju pelabuhan menggunakan taksi (sekitar Rp 100.000,-) memakan waktu sekitar 20 menit, pelabuhan ternate menuju Sofifi (pelabuhan pulau Halmahera) sekitar 1.5 jam tergantung speedboat yang digunakan, sebagai catatan biaya sewa boat disini tergantung dari jumlah mesin yang digunakan pada speed tersebut, rata-rata ditiap speedboat ada 3 s/d 4 mesin.
selanjutnya dari sofifi menuju Tobelo memakan waktu 4 jam menggunakan travel yang bisa dibooking 1 mobil langsung atau apabila anda sendirian atau hanya berdua sebaiknya anda menumpang travel bersama-sama dengan penumpang yang lain dengan biaya yang lebih murah.
jangan bayangkan travel disini seperti travel dijawa, atau daerah lain, travel di Halmahera terdiri dari berbagai jenis mobil mulai dari avanza, kijang inova, yaris, Jazz hingga CRV.
Karena kebetulan kasus yang kami tangani kali ini lumayan besar, team pertama yang saya bawa sekitar 18 orang dari berbagai macam divisi. (team kedua menyusul kemudian sebanyak 14 personil).karena banyaknya anggota team, Di sofifi sendiri kami menyewa 4 mobil untuk perjalanan menuju Tobelo.
Team pemeriksaan pertama
Dalam perjalanan saya baru mengetahui bahwa dia ( lagi-lagi saya lupa namanya) berasal dari Perancis, dan tobelo adalah tujuan terahirnya setelah sebelumnya dia mengunjungi banyak daerah di sumatera, sulawesi dan terahir maluku, dan luar biasanya perjalanan itu dia lakukan sendirian. karena dia membawa tab dan kamera DSLR, dia bercerita sambil menunjukan foto-foto yang dia ambil selama perjalanan di indonesia.sayangnya karena terlalu mendadak dan buru-buru saya tidak sempat membawa kamera sendiri, gambar yang saya ambil hanya melalui HP Nokia Jadul yang sempat saya samber di hotel sedangkan sebagian besar gambar diambil menggunakan kamera si Bule yang oonya lagi saya lupa minta di Back Up ke Laptop setelah di hotel.
karena ceritanya hanya menemani maka tujuan tempat wisata kami mengikuti agenda si Bule, untuk foto2nya saya terpaksa sunting dari berbagai sumber di internet, tapi gpp lah, next time mudah2an 3 rekan saya yang lain masih menyimpan (pada saat menulis ini saya sudah tidak sekantor dengan mereka). berikut tempat-tempat wisata yang kami kunjungi.
Danau Galela
Danau ini cukup bersih, sayang kurang terawat, hampir seluruh permukaan danau dipenuhi Enceng Gondok, dibagian sebelah barat anda bisa menemukan beberapa restoran dipinggir danau yang menyajikan berbagai jenis ikan bakar
Goa Jepang
Letaknya searah dengan danau galela, dari jalan raya dapat dicapai dengan berjalan kaki melewati kebun pala sekitar 10 menit, kami tidak jadi masuk kedalam goa, karena ternyata ada ular yang bertengger dilangit2 goa, jadi kami hanya mengambil gambar didepan goa, kalau ga salah saya masih menyimpan beberapa gambar yang saya simpan di HP Nokia, next akan saya upload
Telaga Biru
Pantai Luari
Tanjung Kakara
Untuk tanjung Kakara kunjungan saya lakukan pada minggu berikutnya bersama-sama dengan teman-teman kantor cabang Tobelo. untuk menuju ketempat ini kita bisa menyewa perahu kecil yang banyak berada di pelabuhan Tobelo.
Pulau Dodola
Diving di Pulau Tagalaya
Pulau Kumo
Pantai Wadu Mbolo
Pantai Nanga Na`e
Pantai Wane (berdekatan dengan pantai Rontu)
Sori Kuwu
Terletak sekitar 1 km dari desa Simpasai (sekitar 1 jam dari kota bima).
Kalate Ndira
Terletak di desa Sie (sekitar 1 jam dari kota bima)
Pantai Ule Bima (20 menit dari kota bima)
Pulau Ular (baca juga Pulau Ular)
Deskripsi
Pulau ular yang terletak di kabupaten Bima ini adalah satu dari Delapan pulau ular yang ada di dunia (baca juga 8 pulau ular yang ada diseluruh dunia), pulau ini merupakan pulau kecil yang tidak dihuni oleh manusia, jenis ular yang hidup disini tergolong jinak dan tidak beracun.Di balik keindahan pulau ini terselip sebuah misteri atau mitos. warga sekitar pulau mengatakan bahwa pulau ini berasal dari sebuah kapal tua Belanda yang hendak berlabuh ke bima namun warga sekitar mengutuk kapal tersebut menjadi sebuah pulau. ular yang mendiami pulau ini adalah ular imitasi yang bertugas untuk melindungi pulau yang konon dulunya merupakan awak dari kapal yang dikutuk tersebut.\
Meskipun bagi sebagian orang kedengarannya menyeramkan, saat Anda datang ke pulau ini , Anda bisa melihat beberapa nelayan yang memancing di sekitar pulau dan kadang-kadang terdapat ular yang terperangkap di jaring mereka. Biasanya mereka akan melepaskan kembali ular tersebut karena mereka percaya bahwa apabila ular tersebut dibawa pulang maka desa mereka akan mendapatkan bencana.
Apabila anda hobi menyelam dan menyempatkan diri untuk menyelam di sekitar pulau ini, maka anda bisa menikmati panorama bawah laut yang indah ditemani ular jinak yang banyak berada disekitar kawasan ini.
Lokasi
Pulau ular terletak di kecamatan Wera, Kabupaten Bima, NTB, dapat dikunjungi dari kota bima dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan darat dan berhenti di pantai Oi Caba, dilanjutkan dengan menyewa perahu dari penduduk setempat dengan biaya sewa yang cukup murah yaitu sekitar Rp 10.000,-.
perjalanan darai Kota Bima kepulau ular sebaiknya anda lakukan dipagi hari, karena anda akan punya waktu untuk menikmati pemandangan seperti di bawah ini sepanjang jalan,
Ular-ular yang menghuni pulau ini akan lebih terlihat sebelum air pasang. disore hari permukaan air laut akan naik (air pasang) dan sebagian besar ular di pulau ini akan bersembunyi disela-sela batu karang
Di pantai Oi Caba sendiri anda dapat melihat sumber air tawar yang keluar dari batu dan hanya berjarak sekitar 1 meter dari tepi air laut, oleh warga setempat sumber air tawar ini disebut sebagai air "awet muda" ( belum bisa dipastikan kebenarannya) biasanya dipakai untuk keperluan mandi serta bisa langsung diminum, konon sumber air ini sudah diteliti dan kualitasnya lebih baik dari air kemasan